Berapa orang pembaca yang ketika sedang membaca buku
dibiarkan oleh ibunya meski piring sedang berserakan di wastafel? Berapa orang di antara kita diijinkan membaca novel ketika
SMP?
Saya sendiri dilarang ibu saya membaca novel ketika SMP
bahkan saat sudah SMA. Bayangkan? Tentu saja ibu punya alasan. Ibu saya punya
kekwatiran kalau novel yang saya baca adalahnovel vulgar, berbau pornografi.
Pernah tidak waktu SMP kamu beli novel bajakan yang harganya 5 ribu. Isinya
berbicara tentang pepaya dan timun? Saya ketemu novel itu waktu SMA. Kampret
ya?
Bukan hanya buku yang dilarang. Ibu juga melarang kami,
anak-anaknya menonton film India. Hayo.. siapa penggemar Shahrukh Khan? Yang
kalau main film, hebat ketika mencium pusar? Saya sadar kenapa dilarang
menonton film India karena efek pornografinya ketika sudah kuliah. Dulu ibu
selalu bilang: “JANGAN nonton India. Kalau mau nonton India harus pintar
menari!”
Kemudia channel TV cepat-cepat kami ganti.
Saya sejak SMP sudah fans berat sama Shahrukh Khan. Jujur. Kakak
saya yang lebih tua mengidolalan Salman Khan. Yang kedua mengidolakan Khritik
Rosan. Mereka mengolok-olok saya karena suka Shahrukh Khan.
“Hahahaha.. kau suka dia? Si rogon itu?”
Rogon, bahasa Batak artinya pikirannya cenderung porno.
Ya namanya idola ya idola. Mau rogon, mau ompong, siapa
peduli? Wkwkw.
Oke, kembali ke buku dan larangan membaca dari ibu.
Tentunya kebiasaan membaca dimulai dari rumah. Dari
keluarga. Baru tumbuh di hati. Tumbuh di piran.
Seperti cinta. Kebiasaan menbaca juga bisa ditunda. Yang
sebenarnya dulu sangat suka tetapi karena dilarang orangtua dengan berbagai
alasan, kebiasaan itu bisa tidur sejenak. Kemudian, tuga kita adalah kembali
membangkitkannya. Membangkitkan gairah, nafsu membaca itu seperti semula.
Kalau dulu saya SMP tidak mengenal internet, tidak punya
akses ke buku-buku bagus (yang tidak membicarakan timun dan pepaya),
perpustakaan SMP yang tidak memadai, maka kita yang katanya anak zaman X, Y dan
Z ini tidak lagi punya alasan kenapa tidak punya kesempatan membaca. Tidak tahu
buku mana yang bagus.
Malas beli buku?
Siapa bilang meski beli? Apalagi yang tinggal di ibu kota
provinsi, contohnya: Pontianak. Kota yang saya tinggal sekarang ini. Ada dua
perpustakaan yang lumayan bagus koleksi bukunya di sini. Perpustakaan Provinsi
Kalimantan Barat di jalan Sutoyo dan Perpustakaan Kota Pontianak di jalan
Alianyang. Waktu pinjamnya juga menguntungkan.
Malas ke perpus? (Banyak kali alasan mu!)
Yang sukanya baca di ponsel juga banyak kok perpustakaan
online. GRATIS lagi. Contohnya: iJakarta.
Saya sering ketemu dengan orang yang mengaku ingin menjadi
penuli novel. Dan ketika kutanya: “Siapa penulis yang kamu suka?”
Jawaban paling banyak:
1.
Andrea Hirata
2.
Habiburahman El- Shirazy
3.
Tere Liye
4.
Asma Nadia
Biasanya satu orang hanya menyebutkan satu.
Terus kutanya lagi: “Sudah berapa bukunya yang kamu baca?”
Jawab: SATU.
(Oh, jadi seumur hidup kamu baru baca satu novel?)
Alasan mereka akupun tidak tahu. Apa karena dilarang
orangtua (sesekali lawan kalau untuk kebaikanmu), tidak punya waktu (dari 24
jam?), terlalu banyak stalk mantan, mengaku bekerja siang malam (ya udah, nggak
usah mimpi jadi penulis deh!).
-Tulisan ini adalah curhatan -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar